Pengorbanan seorang ayah - INFORMATIKA SMK N 2 TARAKAN
Headlines News :

Be Smart, Nice, And Honest

Don't forget with "Responsibility"!
Home » » Pengorbanan seorang ayah

Pengorbanan seorang ayah

Written By Informatika SMKN2 Tarakan on Rabu, 06 April 2011 | 4/06/2011 10:13:00 PM

By : Rika Nur Puspadewi  

Ayah, rambut ayah kini telah berubah menjadi kecoklatan setelah sebelumnya rambut yang hitam itu memudar menjadi putih. Bila ayah memegang tanganku, akan terasa sekali genggamannya yang dulu kokoh, kini lambat laun semakin gentar. Ketakutan ini menghantui diriku jika aku kehilangan sosoknya. Sosoknya begitu teramat aku cintai dan ku banggakan.

Saat keluargaku menggalami krisis ekonomi, ayah berkerja keras membanting tulang demi keluarga kami. Hatiku terasa sesak rasanya ingin menangisi betapa bodohnya aku yang tak mampu menolong ayah memperbaiki kondisi keenomian keluarga kami.

Hanya do'a yang mampu kupanjatkan kepada sang Pencipta Alam ini, berharap ayah selalu diberi kesehatan agar dapat berkerja keras untuk memenuhi keekonomian keluarga kami.

Barbagai pekerjaan telah ditekuninya dari pekerjaan memperbaiki listrik hingga bekerja sebagai kuli panggul hanya demi keluarga kami. Seberat apapun pekerjaan itu, ayah tetap saja berusaha tersenyum, tak ada kesedihan di wajah ayah yang lambat laun berkeriput.

Mengapa begitu berat hidup ini? Pertanyaan itu yang selalu membayangi pikiranku. Pada saat kondisi keuangan kami menurun dan pada saat orang tua ku sibuk kerja keras, aku dan adik ku seenak – enak membuang-buang listrik dengan menyalakan TV berjam-jam.

Kadang, ketika ayah mengetahui bahwa TV itu dari pagi tidak mati, terdapat kesedihan di parasnya. Dan setiap aku melihat kesedihan itu di paras ayah, aku langsung bergegas mematikan TV tersebut dan melakukan hal-hal yang membuat ayah senang dan tak bersedih lagi.

Senyumnya yang tak seindah dulu membuatku ingin selalu memeluknya. Suaranya yang kini tak lantang lagi, seolah sebagai perlambang usia ayah sudah tak muda lagi. Tetapi ayah masih saja tekun bekerja.

“Andai saja diusiaku yang dini ini, aku bisa bekerja untuk membantu ayah mencukupi keekonomian kami. Pasti ayah sudah tak perlu lagi bakerja keras seperti sekarang ini untuk mencukupi keekonomian kami.” Kataku dalam hati setiap ku sedang merenung tentang keadaan kami.


Hatiku sering sekali sedih saat melihat ayah yang sedang membaringkan badannya di kasur yang empuk. Pada saat tidur itu lah, ayah melepaskan semua beban dalam dirinya. Entah beban dari pekerjaan-pekerjaan itu atau pun baban-beban yang lainnya.

Sedih sering melanda ketika melihat ayah pulang dari tempat kerja nya………….

Setiap ayah pulang dari tempat kerjanya, aku pun bergegas membuatkan secangkir teh hangat untuk dirinya. Agar badannya terasa lebih terasa segar.

Terkadang aku juga sering sedih ketika melihat ayah mengalah tentang makanan dengan kami anak-anak nya. Ayah lebih pilih makan nasi dengan kerupuk, padahal waktu itu sedang ada telur bebek yang baru saja kami beli. “Biar saja telur itu kalian makan, ayah makan ini saja.” Hatiku sangat teriris ketika mendengar perkataan ayah tersebut.

Air mata ku terasa ingin menetes dipipiku ini. Tapi seperti ada yang tertahan di batin ku ini. Mengapa ini semua harus terjadi di keluargaku???????? Pertanyaan itu juga yang selalu membayangi tidurku. Sehingga aku sering sekali terlambat tidur hanya untuk memikirkan hal itu

Saat aku tak bias tidur, aku pun selalu keluar rumah dan melihat ke atas langit yang penuh dengan kelap-kelip bintang sambil berkata :

“YA ALLAH……”
“Mengapa engkau memberi jalan yang berliku pada keluarga kami YA ALLAH?”
“MENGAPA?”

Sesekali ku berteriak dan meneteskan air mata ku…

Diumurnya yang tak lagi muda, ayah masih saja tekun bekerja untuk keluarga kami. Aku sangat bangga memiliki ayah sepertinya. Mungkin hanya beliau lah ayah terhebat dari ayah-ayah yang ada di dunia ini.

Setiap ayah sedang bercerita, dengan senyumku yang penuh kebahagiaan mataku tak pernah luput memandanginya . Entah itu cerita serius, atau sebuah gurauan yang membuat kami tertawa lepas bersama-sama dengannya. Bicaranya sungguh menyenangkan, dari yang sederhana hingga ke topik yang serius. Meski kini pendengarannya sudah tak sempurna lagi.

Terkadang aku harus rela mengulangi kata-kataku hingga beberapa kali. Ada rasa bersalah jika tak sengaja aku berkata dengan suara yang agak keras karena pendengarannya yang tak seperti dulu lagi.

Jika saja aku mampu berada di sampingmu di sisa hidupmu. Maafkan aku ayah, atas ketidakmampuan anakmu ini untuk bersama menemani hari-hari mu !
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. INFORMATIKA SMK N 2 TARAKAN - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger